Total Tayangan Halaman

Rabu, 28 September 2011

Brand New Start


Brand New Start


Aku berdiri tepat di depan kamarnya. Hari ini aku menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Yah, hari ini aku sengaja mengosongkan semua kegiatanku. Hanya untuknya, sahabatku.
Aku mengetuk pintu bercat cokelat tua. Pintu itu terdapat stiker yang bertuliskan Cuma teman gw aja yang boleh masuk!. Aku menyunggingkan senyum saat membacanya. Tidak ada jawaban yang terlontar dari dalam kamar.

Masuk saja di’ teriak sang ibu dari lantai bawah.

Aku menarik gagang pintu secara perlahan. Pandanganku segera menyapu keseisi ruangan. Tempat tidur itu kosong. Meja computer itu juga kosong. Televisi 21 inch itu
dalam keadaan mati. Hanya jendela yang menyerupai pintu itu terbuka lebar. Gorden sutra berwarna putih,berterbangan indah tertiup angin, disore hari yang mendung. Aku mendekati kearah jendela. Suasana sangat hening terasa. Entah kesedihan apa yang sedang melanda. Yang aku ingat sebentar lagi hari bahagia untuknya akan segera datang.

Aku mendapatinya sedang terduduk lusuh di balkon kamar. Ada pemandangan yang tidak biasa saat aku melihatnya. Ia merokok. Sejak kapan ia menyukai rokok?. Dahulu bukannya ia yang selalu meneriakkan tepat di depan mukaku. Di samping telingaku betapa jahatnya rokok itu.

Rokok itu tidak ada gunanya. Di rokok itu dari ujung atas sampai bawah tidak ada manfaatnya, yang ada racun-racun yang siap merusak seluruh organ tubuh kita.’

Aku masih ingat jelas kata-kata itu. Ekspresi wajahnya saat mengucapkan. Gemuruh emosinya jika aku tidak menuruti apa katanya. Aku masih sangat ingat. Tetapi kini, dia tengah duduk asyik dengan sebatang rokok di tangannya dan beberapa putung rokok yang sudah tegeletak tak guna di dalam asbak. Entah apa yang dipikirannya. Ia terlihat jalang dengan rokok di tangannya.

Ia memandangku sekilas lalu kembali ke dunianya. Suasana hening. Aku bingung harus mulai dari mana. Aku tidak mengenal sosok orang yang sedang duduk di sampingku ini. Ia jauh berbeda.

Ada apa si?’ tanyaku. Ia menghisap rokok itu lagi. Dalam sekali ia menghisapnya. Ada kekecewaan di sana. Ia seolah berat sekali untuk membuka mulutnya dan bercerita apa yang terjadi. Kekakuan melanda kami. Entah ada aura negative apa.

Gw batal nikah’ katanya. ia kembali menghisap rokok itu.

Aku terdiam. Aku dapat merasakan pedih itu. Sedih itu. Terkejut menusuk relungku yang ikut sakit karena kabar tersebut. Aku tahu seberapa besar kebahagiaan yang ia rasakan dan ia miliki waktu dirinya akan diikat oleh akad. Cintanya pada sang pria yang kutahu tulus. Ia rela tidak tidur hanya untuk memikirkan rencana pernikahannya. Semua konsep ia atur. Semua harus seizinnya.

Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi dengan lu berdua?.’

Matanya mulai berkaca. Beban itu masih ada. Tidak bisa disembunyikan jika pertanyaan sejenis itu mencuat dan menusuk telinganya.

Gw gak tahu kegilaan apa yang buat dia begitu …’ bibirnya bergetar hebat ‘dia ngebatalin pernikahan ini karena gak yakin dengan hatinya. Dia bilang selama ini hanya keterpaksaan saja menjalin ini semua, selagi ada yang mencintai dia dan dia belum bisa mencintai gw.’

Aku tertegun mendengar penjelasannya. Kebodohan macam apa ini?. Aku tidak habis pikir. Rencana apa yang sedang dilakukan nino mantan calon pengantin itu. Jika memang dia tidak mencintai Radhinia, sahabatku. Nino benar-benar actor yang sangat hebat. Cemerlang. Brilliant. Acting actor sekelas Leonardo Dicaprio di Titanic berhasil dikalahkan olehnya.

Aku juga hampir terpedaya dengan cinta yang ternyata palsu itu. Nino sering memberika kejutan-kejutan kecil hingga terbesar sekalipun. Semua itu dipersembahkannya dengan sempurna dan terencana. Setiap perayaan dan peringatan tak pernah luput dari rencana kejutannya.

Dan sekarang saat semuanya sudah jelas. Kebahagiaan serasa sudah ditangan. Keraguan seakan menjadi sesuatu hal yang sangat mustahil jika mengingat setiap kejutan yang menghiasi setiap tanggal yang disesaki oleh perayaan dan peringatan. Dan semua itu dilingkari bulat-bulat oleh nino. Batal begitu saja oleh karena keraguan dan kepura-puraan yang mengawali hubungan ini.

3 tahun itu sekaan tidak cukup untuk menumbuhkan cinta yang nino bilang tidak ada. Sekali lagi actingnya begitu cemerlang. Big applause buat nino.

Kesalahan terbesarnya adalah ketidak jujurannya. Nino membuat Radhinia kepayang atas cinta yang dirasanya sudah sempurna. Kebahagiaan adalah satu-satunya kata yang berada dimasa depan. Radhinia merasa beruntung mendapatkan Nino dihidupnya.

Jika memang cinta belum tumbuh. Kenapa ia membuatnya seperti ini. Apa status yang ia cari?. Agar tidak malu dalam pergaulan. Dan dengan bangga bilang.

Gw gak jomblo.’

Kenapa tidak mencari wanita lain jika memang tidak cinta. Lagi-lagi alasan klise terpampang jelas menjadi pembenaran.

Gw kira dengan berjalannya waktu, rasa cinta ini bakal tumbuh tetapi malah nggak cuma simpati saja.

Ingin sekali aku tertawa dan berteriak BODOH sekencang-kencangnya kepada orang yang mengatakan hal itu. Hanya orang yang tak berhati saja yang tidak bisa menumbuhkan rasa itu, di mana bukan hitungan hari mereka lalui tetapi tahun. Sangat tidak masuk akal apabila bisa bertahan selama itu jika tidak ada rasa sayang yang berperan di sana.

Kini jelas kemungkinannya.
Nino memang bangsat atau Nino memang Homo.

Aku masih memandangi wajahnya. Kini rokok ditangannya sudah habis. Ia tidak lagi melanjutkannya. Matanya memiliki garis hitam dilingkarnya. Menandakan ia kurang tidur akhir-akhir ini.

Trus kenapa lu jadi begini. Lu jadi perokok. Ngurung diri gak jelas gini. Gw tahu ini berat buat lu. Tapi jangan jadi begini. Ngapain lu pikirin orang gak guna macam nino.’ Kataku.

Ia menarik napas dalam-dalam. Lalu membenarkan duduknya. Matanya masih lurus memandang kedepan.

Gw begini bukan karena dia. Gw begini karena keodohan gw yang gak peka.’

Aku terdiam. Aku mendekatkan dudukku padanya. Aku merangkulnya. Dia ikut meraihku. Ia melepaskan semuanya. Semua kepedihan yang dirasa.

‘Gw mau membersihkan semuanya. Gw mau hidup baru. Gw mau bayang-bayang dia gak ada lagi dihidup gw. Biar alam yang melakukan itu. Gw yakin alam mengerti apa yang gw rasa sekarang. Gw gak mau nangis di kamar mandi dan membersihkan diri dari segala kesialan. Atau melempar celana dalam ke laut. Apalagi mandi kembang.’

Ia bicara dengan raut keyakinan. Aku suka itu.

Tak lama kemudian hujan turun. Aku dan dia segera berhambur ke luar rumah. Ada segurat kepuasan di wajahnya. Hidup baru kini dimulai. Alam memang memiliki bahasanya sendiri. Kuasa alam menjawab semuanya. Keinginannya. Lepas dari segala yang menyakitkan.

Radihini kembali tersenyum tanpa harus terluka.

Hujan ini melepaskannya dari kepura-puraan yang didapatnya.

Satu hal yang tidak pernah ada kepura-puraan di sana.

Turunnya hujan dari langit.

Besoknya ia menelpon aku pagi-pagi sekali.

‘RADI, IT’S BRAND NEW START !! GW TUNGGU DI TEMPAT BIASA NANTI SORE, BYE!.’




Tut ..tut ..tut ..tut















Senin, 16 Mei 2011

NGGAK SANGKA!!!

hahahahaha pingin ketawa waktu coba-coba sign in ke blog ini. masalahanya gw lupaaaaaa.

Selasa, 16 November 2010

ANDIEN


Andini Aisyah Hariyadi, cewek kelahiran jakarta 19 Agustus 1985 ini lebih dikenal dengan nama Andien. yup, gw ngefans banget sama penyanyi jazz yang satu ini. Pertama kali gw melihat andien di televisi itu ketika gw sedang melihat acara menyanyi ASIA BAGUS di RCTI. Dan waktu itu gw masih SD, entah kenapa pertama kali gw lihat, suka lihat wajahnya yang cute. Gw lupa waktu itu andien menyanyikan lagu apa tetapi yang paling gw inget andien menyanyi sambil menari ala bali waktu itu. Semenjak itu gw terbayang terus sama wajah andien.



setelah dari ajang asia bagus gw nggak tahu lagi keberadaan andien. gw pikir dia seperti peserta lainnya yang hilang begitu saja setelah ikut kompetisi tersebut. ternyata itu salah. saat gw sedang menonton acara Video Musik Indonesia, jang tiba-tiba saja VMI sedang membahas album Bisikan Hati dan ketika gw lihat penyanyinya wow surprise sekali ternyata Andien penyanyi yang gw lihat di ajang ASIA Bagus.

Bisikan Hati adalah album pertama andien dengan diproduseri musisi elfa secioria. lagu-lagu di dalam album ini materinya berat-berat sekali. Pure Jazz. Apalagi saat itu usia Andien masih sangat muda jadi banyak yang beranggapan album ini begitu sulit untuk diterima pasar remaja. bagi gw sih ini album bagus banget. di sini kita bisa mendengar suara andien yang khas banget.

Bisikan Hati, My Funny Valentine, Detik tak bertepi, Meniti pelangi, Deras hujan, Isyarat Cinta, Boy From Ipanema dll. adalah segelintir judul lagu di album ini.







Album ini gw beli waktu gw SMP. Di album ini andien tampil secara habis-habisan. Musik jazz dikemas dengan berbagai varian musik. Apalagi ditambah dengan tangan dingin dari musisi jazz ternama INDRA LESMANA, album ini menawarkan musik yang fresh dan unik banget. Jujur gw suka sekali dengan album ini. Album ini benar-benar 'remaja' sekali yang sangat pas dengan andien yang berusia 16 tahun pada waktu itu. Tentang Aku dan Onced I Loved adalah lagu yang di recycle oleh Andien and gueess whatt?? oh i'd loved it.
Dan dipenutup ada sebuah puisi yang dibawakan andien yang berjudul sama dengan album ini. dari puisi tersebut kita bisa melihat kemampuan andien dalam bidang sastra khususnya dalam puisi.



setelah menunggu hampir 3 tahun di tahun 2004 andien mengeluarkan album berjudul Gemintang. Album ini gw beli saat gw kelas 2 SMA. Untuk album ini Andien menggaet musisi Topati untuk bekerja sama. Dengan Gemintang andien tampil dengan irama yang lebih ngepop dengan tidak mengurangi unsur jazzy nya. Lagu-lagu dalam album ini sungguh kaleemmm. Tenang. Andien menyanyikan dengan suara yang halus. seperti di lagu KU AKAN MENANTI, dengan petikan gitar topati lagu ini begitu nyaman untuk didengarkan berkali-kali. inilah yang membedakan andien dengan penyanyi-penyanyi lain.



Andien is back !!!. Mungkin itu kata yang tepat untuk dilontarkan saat mendapati Andien kembali ke industri musik indonesia, dan juga para Sahabat Setia Andien (fans andien) karena hampir 5 tahun setelah Gemintang Andien tidak mengeluarkan Album.

Kirana adalah sisi lain andien dalam bermusik. Kirana menunjukkan kedewasaan Andien dalam bermusik. dengan Audiophile Album ini benar-benar memiliki kualitas tinggi. Di album ini Andien bekerja sama dengan sahabat SMA nya Nikita Dompas dan Rifka Rachman. Kirna kaya akan berbagai variant musik mulai dari gospel, ballad sampai big band ada. Buat yang rindu dengna karya-karya Andien Album ini cukup mewakili rasa kangen kita terhadap musik Andien. Buat saya Pribadi dengan adanya 10 lagu plus 1 bonus track masih kurang, mungkin dengan 14 0r 17 lagu mungkin bisa mengobati bagaimana hausnya para pecinta musik andien yang sudah menunggu hampir 5 tahun.















Mengutip dari puisi Rangga di Ada Apa Dengan Cinta.



BOSAN AKU DENGAN PENAT DAN ENYAH SAJA KAU PEKAT.


hah. aku kembali mengeluh kepada Tuhan. aku mungkin makhluk yang paling berdosa, karena aku selalu marah sama Tuhan. Aku penat dengan cara Tuhan mengatur hidupku. Terkadang keimanan ini yang sudah begitu pekat secara diam-diam melemas.

Tuhan aku mengajakmu untuk curhat bersamaku malam ini. Akan aku utarakan semuanya. Aku sudah siapkan semuanya dan sebuah pertanyaanku tentang surga dan neraka. semoga engkau mau menjawabnya.

Senin, 08 November 2010

BIMA ARYA

Dia terduduk lesu di depan cerminnya. Riasan itu memudar. Berbekas. Luntur. Matanya bercorak hitam. Maskarannya basah, menyebar ke segala arah di wajahnya. Air matanya berubah hitam. Tragic.

Malam itu seperti biasa. Seperti malam-malam sebelumnya. Menyambut. Menghidangkan. Menunjukkan betapa besar arti bima dalam hidupnya. Bima membuatnya bernafas. Bergerak. Berlari. Percaya akan segala hal, bahwa bahagia itu memang ada. Tidak semu apalagi palsu.

Bima melengkapi hidupnya. Mewarnai dengan warna-warna tabrak lari yang menggemparkan tetapi tetap indah. Senyumnya memancarkan kasih. Tutur kata semerdu violin. Peringainya tak terbantahkan.

Rasa sayang itu begitu kuat mengikat. Hingga mencekik tak terkendali. Bima tidak tahan. Membrontak. Kesakitan.

Bima mulai bermain-main di belakangnya. Mengingkari akad yang sudah mengikat. ‘dia berlebihan’ begitu alasannya. Ia menyadari perubahan bima. Ia tidak bisa bernafas. Bergerak. Berlari. Percaya itu pergi. Bahagia itu tidak ada. Semu. Palsu.

Ia lebih banyak diam. Bima semakin pendiam. Kebersamaan itu tidak ada lagi. Ia tidak peduli. Ia masih sayang, cinta dan butuh bima di sampingnya. Ia masih menyambutnnya di depan pintu saat malam tiba. Ia tidak mau memejamkan matanya untuk selalu melihat bimannya. Tak mau pagi datang terlalu dini agar bima tidak cepat pergi.

Pernah bima tidak kembali selama sepekan. Bima berpaling. Pergi bersama yang lain. Bima tidak menutupi itu darinya. Bima tidak peduli pada keadaannya. Bima tidak berlabuh lagi di sana. Menepi saja tidak. Bima terus berjalan. Bima terus melangkah. Bima tahu dan Ia tahu itu.

Ia kemudian mulai meronta atas keadaan ini. Kelinuan hati yang menggilas pedih rongga dadanya. Tusukkan pedang samurai pun sudah tertancap pas dihatinya.

Kepasrahan tak membuatnya tenang. Hanya bima. Sekarang hanya bima yang ada dipikirannya. Bima yang paling disayang, dicinta, dan dibutuhkan. Ia tidak rela membiarkan bima pergi. Ia rela menebus apapun asal bima bisa di sini bersamanya.

Ia merindukkan bima. Menunggunya pulang hanya untuk mengatakan ‘selamat datang bimaku’. Memasakkan daging asap dengan pedas yang sedang. Merendamkan kakinya yang seharian berselimutkan kulit kaku yang pengap. Mendengar bima mengucapkan ‘terima kasih istriku’ dengan senyum penuh kasihnya. Bergelayut manja. Berbagi isi hati sebelum tidur. Bincang-bincang tentang hewan kecil, impian dan kepedihan.

Hari itu tanggal 24 Agustus. Tanggal perlabuhan hidup mereka disatukan. Bersemikan cinta. Keyakinan. Tulus. Untuk mengais umur mereka hingga senja. Mati dalam satu senyuman kekal.

Malamnya, Ia mempersiapkan segalanya. Rasa cintanya kembali meletup-letup. Menguap panas. Membara. Ia menghidangkan segalanya. Daging asap pedas sedang kesukaannya. Brokoli tepung goreng. Pudding blueberry. Segelas air putih tanpa es.

Semua tertata rapih di meja makan. Dua buah lilin ikut menghangatkan suasana. Bunga turut memberi harumnya. Meja itu dibungkus dengan taplak sutra berwarna putih dengan corak abstrak yang berkelas. Sendok dan garpu berada di sisi piring yang khusus dibeli hanya untuk malam ini. Untuk bima.

Ia tampil special. Menghias wajahnya. Membalut tubuhnya dengan dress berwarna putih gading bermodekan kemben khas jawa. Rambutnya diikat kuda dengan digulung bagian atasnya sehingga terlihat seperti dikonde ke atas. Bibirnya diberi warna merah cabai. Eyeliner membentuk matanya seolah tegas tapi menawan.

Ia melihat cemas ke arah jam. Pukul 19:00 bima belum juga pulang. Kabarpun tak ada darinya. Ia masih menunggu. Sabar. Tenang. ‘sebentar lagi juga pulang’ begitu hiburnya dalam hati.

Suasan terasa hening. Lilin semakin mengikis. Makanan itu masih terhidang rapih di atas meja. Ia melihat jam lagi. Pukul 20:00 dan bima belum juga pulang. Kali ini wajahnya tidak tenang. Gelisah. Was was. Ia terdiam di meja makan. Di depan lilin, bunga, piring, sendok bahkan garpu. Ia menutup wajahnya. Berbisik ‘kamu dimana bima’.

Beberapa saat kemudian….

Suara bel berbunyi. Ia terlihat senang. Wajahnya sumringah. Perasaan itu hadir, puas karena tidak sia-sia Ia menunggu Bima pulang. Ia segera membukakan pintu untuk bima. Ia berlari kecil tak sabar untuk menyambutnya. ‘selamat mala .. m’ katanya terputus saat melihat bima pulang tidak sendiri. Wajahnya bertanya-tanya siapa wanita yang berada di samping Bima, suaminya.

Mereka bertiga terpaku. Bima terdiam. Wajahnya resah. Takut. Matanya memandang lalu merunduk lalu memandang lagi kearah istrinya. Bima menarik nafas. Mencoba bicara. Berfikir.

‘shinta, aku cuma mau bilang, aku mau kita cerai. Bukan karena apa-apa shin. Kamu baik sekali, istri yang sangat baik. Rasa itu sudah tidak ada shin. Ini Nisa cinta pertama aku. Aku mohon maaf jika membuat kamu marah dengan keputusan aku ini. Aku tidak mau membohongi diriku. Maaf’ ucapnya sambil berlalu pergi.

Shinta menutup pintunya kembali. Tangisnya pecah. Perasaannya hancur. Semua pertahanannya kini kandas tak tersisa. Sedu sedan itu begitu memilukan untuk didengar. Nafasnya berkecamuk tak beriringan. Semua pengorbanannya seolah dibuang begitu saja tanpa ada penghargaan. Begitu susah menggambarkan bagimanan perasaannya saat itu. Shinta hanya bisa menangis.

Ketika cinta pertama hadir meruntuhkan pondasi yang ada, apakah itu akhir dari semua jawaban akan cinta yang banyak orang bilang abadi?. Lalu apa namanya itu saat Bima mengikat shinta dengan akad?. Persinggahan sementara ?. Tameng?. Cinta ?.

Untuk yang teakhir aku rasa tidak. Cinta tidak melakukan itu. Cinta yang tumbuh saat kita masih kecil, remaja, dewasa bahkan tua semua memiliki kadar yang sama. Siapa yang bisa menjamin diantara itu semua ada yang abadi. Cinta pertama bukan alasan keabadian itu ada. Cinta pertama hanya goresa kesan. Kesan yang bisa menimbulkan dampak yang lama dalam hidup. Karena itu hanya sebuah moment. Rasa. Kenangan.

Shinta tak pernah menyangka sejak pertama bahwa semua ini akan brakhir seperti ini. Shinta tidak lagi bernafas dengan Bima. Bergerak dengan Bima. Berlari dengan Bima. Percaya dengan Bima. Bahagia bersama Bima.

Bima hanya semu. Bima palsu.

Setelah dua bulan menjalani proses perceraiannya,shinta kembali berdiri. Ia terus mencoba bertahan. Shinta kuat. ‘aku baik baik saja’ begitu ucapnya. Ia membersihkan rumah dari segal hal yang berbau bima.

Tidak ada lagi senyum palsu itu. Daging asap dan brokoli.

Malam semakin membuat kosong hatinya. Dinginnya tak kan bisa reda. Hanya temaram yang ada di sana. Air matanya terus berproduksi jika suasana seperti ini. Shinta tidak mau begini. Ia hanya mau seperti lautan. Mudah menghanyutkan segalanya bahkan menenggelamkannya langsung. Ia tidak mau bima merasuki pikirannya. Bima sudah mati. Bima sudah mati.

Shinta mencekoki dirinya dengan sebutir pil tidur. ‘susah tidur’ begitu alasannya. Obat adalah jalan satu satunya penawar untuk melupakan bima dari pikirannya. Bima lebih dari flu atau batuk. Di zaman serba teknologi ini, tidak akan bisa menghancurkan bima dari seorang shinta begitu saja.

Ini masih terlalu kuat.

‘gw gak boleh begini!!!’. Shinta mencoba meyakinkan dirinya. Mulutnya terus mencaci bima. Memaki bima. Menghancurkan bima. Menggilasnya. Gelombang itu mengirimnya ke dasar hati shinta yang perih. Cacian itu terus menyerangnya. Serangannya semakin kencang. Ia semakin perih. Berteriak. Terus dan terus. Ia semakin meledak hingga mati rasa. Cinta bima sudah mati.

Bima sudah benar-benar mati.

Shinta melanjutkan kembali hidupnya. Alam menyambutnya dengan hentakan burung-burung yang terbang lepas di atas sana. Pantai kembali menunjukkan ombaknya. Kabut menghilang. Tenang.

‘Tok Tok Tok’. Suara pintu terdengar.
Shinta segera membukakan pintu. Langkahnya ringan. Cemerlang. Senang. Hidupnya baru. Jiwanya baru.

‘malam’ sapa tamu itu ramah. Shinta tersenyum ramah. ‘apa benar ini rumah shinta’ tanya tamu itu agak ragu. Shinta menganggukkan kepalanya. Tamu itu yang seorang pria dewasa tersenyum lepas. Wajahnya merasakan kesenangan. Giginya tersusun rapih juga putih. Kulitnya putih bersih. Dia berkaca mata. Berlesung pipi.

‘akhirnya aku bisa temui kamu lagi shin’ ucap pria itu. Shinta terdiam. Bingung. Keningnya berlipat tiga. Pria itu seperti tahu kebingungan yang melanda shinta. Pria itu segera mengingatkan shinta akan dirinya. ‘ini aku shin, Arya weda’. Shinta terdiam masih belum ngeh. ‘aku teman SMA kamu di kelas 2, aku murid pindahan yang cuma 1 semester di sekolah kamu’ Arya coba mengingatkan kembali. Shinta tertawa. Kali ini Ia baru ingat. ‘ya ampun arya, kemana aja?. Ayo masuk dulu’ ucap shinta.

Arya banyak bercerita tentang dirinya. Kepergiannya yang tiba-tiba. Kehausannya untuk berteman dengan shinta. Cerita waktu pertama masuk kelas 2 yang menggemparkan dengan murid murid yang extraordinary baginya.

Shinta terlihat sumringah. Diperhatikan wajah Arya lalu dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu saat Arya masih anak kemarin sore. Shinta tertawa bila mengingatnya. ‘kamu beda banget arya sekarang’ ungkap shinta masih tetap tertawa. Arya mengangguk dengan kening berlipat tiga. ‘lebih keren yah?’ ucap arya. Shinta menimbang nimbang ucapan Arya ‘iya sih’ begitu akunya.
‘kamu tahu aku di sini dari mana?’ tanya shinta. Ia baru ingat pertanyaan itu. Sungguh percakapn yang mengalir asyik hingga Ia lupa mempertanyakan hal yang menurutnya vital.

‘aku bertemu manda sahabat kamu, di pusat perbelanjaan. Kamu masih contactan dengan manda kan?’. Shinta mengangguk iya. Amanda memang sahabatnya. Hubungan mereka masih baik walaupun sudah memiliki kehidupan masing-masing.

‘manda juga cerita katanya kamu baru pisah dengan suami kamu, bima’. suara Arya terdengar hati hati saat mengucapkan nama terakhir itu. Wajahnya menjadi biasa tanpa ekspresi. Senyumnya pergi. Shinta berubah.

Shinta menarik nafas panjang. Seketika mulutnya membisu. Luka perih itu terasa lagi. Arya mengetahui ada yang tak mengenakkan. ‘maaf kalau aku membuat kamu sedih dengan ucapanku tadi’. Suaranya terdengar tulus. ‘aku gak bermaksud apa-apa kok’. Arya terlihat menyesal telah mengucapkannya.

Shinta mencoba tersenyum ke Arya. Gagal. Senyum itu semu. ‘aku cuma tidak mau mendengar nama itu lagi’. Shinta terkulai dengan perasaannya. Suasana hening. Arya hanya memandangi shinta yang berada di depannya. Tatapannya tulus tanpa cela. Shinta lusuh dengan perasaan lalunya. Mengingat Bima.

Siapa yang tega membuat shinta seperti ini. Ada apa dengan shinta. Seketika kepulan mendung mengerubungi dirinya. Sakit. Kecewa. Perih. Hancur. Ada di sana.

‘aku tahu gimana cara menaikkan mood kamu kembali’ ucapnya. Arya segera berhambur keluar rumah, menghampiri mobilnya. Mengambil sesuatu yang bisa menolong keadaan shinta saat ini. Shinta terdiam. Tak bergeming. Dingin.

Arya kembali membawa dua buah kaleng berisi cokelat dengan campuran caramel dengan tambahan kacang almond didalamnya. ‘ini shint, aku tahu kamu suka banget sama yang namanya cokelat. Cokelat itu pembangkit mood yang menyenangkan. Gara-gara kamu aku jadi maniak sama cokelat.’ Arya membukakan cokelat itu lalu diberinya ke shinta.
Shinta menerimanya. Ia terkejut dengan perkataan Arya tentang cokelat. Sebegitu memperhatikan dirinyakah Arya padanya?. Hingga Arya tahu cokelat adalah makanan kegemarannya.

Kegemaran yang sempat terganti dengan Daging asap pedas sedang. Brokoli tepung goreng. Pudding blueberry. Shinta juga meragukan apa Ia masih ingat seperti apa rasa cokelat itu. Warnanya apa. Variannya apa aja. Bentuknya seperti apa, yang dahulu begitu menempel dihidupnya. Dihari-harinya. Di setiap tas yang dikenakannya. Disetiap dafatar belanja bulanannya. Disetiap waktu luangnya. Disetiap kesibukanya.

Shinta mengambil cokelat yang dihidangkan Arya untuknya. Perlahan shinta sudah bisa menikmatinya. Arya tersenyum senang. Shinta kembali. ‘terimakasih cokelatnya arya, sudah lama sekali saya tidak merasakan ini lagi’. Arya mengangguk iya. Senyumnya tulus masih tanpa cela.

Mereka berdua tediam. Menikmati cokelat cream almond. Suasana menyejukkan hati. Buih-buih kehangatan itu terpancar jelas dari Arya dan Shinta yang sedang berada di sana. Ada kasih dimata Arya. Harapan dimata Shinta.

Besoknya Arya semakin rajin memantau keadaan Shinta. Menelpon hanya untuk sekedar bertanya sedang apa? Sudah makan belum? Sudah ini? Sudah itu?. Shinta seperti kembali menemukan semangat super canggih dihidupnya. Shinta menikmati keadaan ini. Arya weda sang penyemangat hidup. Arya yang telah hilang lalu kembali dengan segala aura postitf yang menyambungkan kembali apa itu hidup untuk Shinta.

Arya membuat Shinta kembali bernafas. Bergerak. Berlari. Percaya bahagia ada. Arya berhasil membuang Semu. Palsu itu.

Arya tidak semu apalgi palsu.

Chemistry itu tak terbantahkan. Senyum itu tulus adanya. Kebersamaan itu memang ada. Tidak dibuat buat. Bersih. Berkilau. Bercahaya.

Di satu malam yang penuh bintang. Disaat canopus memancarkan cahanya. Merkurius menunjukkan keberadaannya. Alam mengeluarkan seluruh suhu dinginnya. Hembusan bayu yang menyejukkan. Aliran sungai yang bergeriak menyenangkan.

Arya menyatakan perasaannya. Rasa yang dirasakan pada sang Shinta. Kerinduan yang selama ini tersimpan rapih direlung hidupnya selama 10 tahun. Kesabaran yang kini sudah mendarah daging didirinya. Diperuntukkan hanya untuk satu Shinta.

Shinta Kirana.

‘shinta, aku mau jujur, aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku sayang kamu. Maukah kamu menikah denganku?’. Arya melamar Shinta. Arya menekukan lututnya hingga menempel di bumi. Kedua tangannya mempersembahkan cincin.

Shinta tidak tahan menahan harunya. Matanya berkaca-kaca. Bibirnya tersenyum. Jantungnya berdebar melebihi biasanya. Ia bahagia. Senang. Kepayang. Melayang. Arya weda pria yang sangat mengubah hidupnya. Lebih berarti.

‘aku mau, aku sayang kamu Arya weda’. Shinta meraih tangan Arya. Arya berdiri. Memeluknya. Shinta merelakan dirinya melayang terbang bersama pelukan Arya.

Arya bukan hanya sekedar Arya. Arya itu hujan yang dinginnya akan terus terasa. Pelangi yang indahnya akan selalu ada. Arya itu gravitasi yang akan selalu menariknya dari kesedihan. Arya itu obat dari segala kehancuran. Penawar dari segala kesakitan.

Ketulusan yang dibawanya membuatnya yakin. Cinta memang memiliki kadar yang sama. Cinta pertama bukan tolak ukur dari kedahsyatan akan cinta itu sendiri. Cinta pertama bukan berarti cinta sejati. Itu hanya moment. Dari kelabilan kita saat merasakan cinta. Bahagia akan rasa itu sudah pasti di sana. Kesetiaan belum tentu.

Cinta Arya melebihi kadar apapun. Kasihnya tinggi. Setinggi bintang canopus di sana.


Beberapa tahun kemudian shinta mendengar kabar Bima sudah tidak lagi dengan Nisa.

‘aku gak peduli’ ucap Shinta dengan menikmati sekotak kaleng cokelat cream almond bersama Arya.
ini hari senin. seharusnya hari ini gw puasa. dari kemarin gw sudah ada niat buat melakukan puasa, bukan hanya untuk keberkahan hidup gw aja, tetapi juga buat badan gw yang semakin semok. malamnya gw nitip pesan dong sama nyokap buat bangunin sahur. nyokap sih oke-oke aja, tetapi you know whatt ??? nyokap ikut aja dulu kesiangan #baaaahhhhhh. Pagi-paginya saat gw bangun jam 9 dan mendapati nyokap gw sudah kece banget mau pergi sekonyong-konyong gw bilang "mah, ikut dong, mau pergi kan?" ucap gw masih setengah sadar. disambut baik, yowisss gw segera mandi dan lupa kalau hari ini gw niat puasa. itu semua gara-gara nyokap beli fanta plus snack lays rasa rumput laut. sumpah nggak gw tolak, karena gw laper :).

kita mampir ke sebuah pusat perbelanjaan. nyokap lihat-lihat baju, gw dengan bokap ke toko buku. alhasil bokap kena pengaruh buat beli buku dan gw dapet buku gratisaaaaaannnnnn yeahhh. karena ini kesempatan langka dan anugerah buat gw, 4 buku berhasil gw dapet dan semuanya bokap yang bayar hehehehe FYI seminggu sebelumnya bokap sudah ngasij uang buat gw beli buku dan hingga hari ini uang itu masih utuh hehehehe.

had a great day :) :)

MENJADI INDONESIA

BUDAYA.
Budaya. Sebuah kata. Wacana. Topik. Issue. Sejarah. Cikal bakal. Identitas dan sebagainya. Budaya menggelitik mata hati dan telinga. Budaya seperti yang kita tahu adalah jati diri bangsa. Budaya sudah jauh dari arti budaya itu sendiri. Tidak mencerminkan budaya kita sendiri.
Yang terjadi kini, di Negara ini yang banyak orang bilang terdiri dari ‘beribu suku dan budaya’ hanya sebatas ucapan yang mengagumi negaranya karena bingung harus mengagumi apa lagi?.
Korupsi. Suap menyuap. Jalan belakang. Ada uang ada jalan.
Itu adalah beberapa parasit yang menyeruak. Merusak seluruh lapisan sistem sosial di dalam masyarakat kita. Dari yang paling atas hingga strata bawah. Tidak mengenal derajat, yang berpendidikan dan orang berpangkat yang mengerti apa itu arti disiplin.
Kejujuran sudah menjadi sesuatu yang mahal di zaman yang orang bilang canggih ini.
‘ngapain pikirin orang lain, pikirin diri sendiri saja susah’.
Sudah pasti ke-individualisasi-an sudah merebak harum disetiap pribadi masyarakat kita yang dulu begitu lantang disuarakan oleh guru PPKN kita.
‘jangan jadi manusia yang individualisme’.
Semua instansi-instansi yang memiliki peran penting dalam mendidik masyarakat justru memberikan contoh buruk bagi kita. Segala sesuatu dapat terlaksana apabila pelicin itu berharga mahal maka urusan cepat selesai. Lain apabila mengikuti prosedur yang ada. Sebulan, terkadang urusan kita baru selesai.
Inilah yang terjadi di Negara kita. Negara yang dikenal dengan korupsinya yang tinggi. Disiplinnya yang kurang serta keteraturan sosial yang melemah.
Masih banggakah kita menjadi Indonesia?.
Bagaimana menuntaskan ini. Kenapa kita tidak mencoba ‘membersihkan’ Negara kita ini dengan mengganti semua orang yang duduk manis di sana. Kenapa kita tidak memberikan kesempatan untuk para mahasiswa yang kini semakin mengerti apa itu pemerintahan yang bersih. Seperti yang selalu mereka teriakkan di depan gedung pusat keputusan untuk Negara kita ini dibuat.
Memang tidak mudah. Kembali lagi yang dipertanyakan adalah jam terbang. Apakah jam terbang seseorang menentukan seseorang itu baik dalam pekerjaannya. Jika jam terbang tidak diimbangi dengan idealisme percuma saja.
Mereka adalah kubu-kubu yang akan selalu memikirkan keberlangsungan hidup mereka sendiri.
‘tidak juga, karena ada hukum yang mengikat mereka. Jadi mereka tidak akan melakukan korupsi yang sudah sering terjadi’.
Hukum ?.
Memang hukum benar benar berdiri di Negara yang mereka bilang ‘negara kita kan Negara hukum.’?
Hukum hanya sebagai kamar mandi. Hanya untuk membersihkan bukan untuk pertanggung jawaban. Lima tahun lagi plus remisi mereka sudah kembali merasakan apa itu udara bebas.
Dan lagi-lagi uang yang bicara.
Hukum itu harus tegas. Galak. Tidak melihat siapa dia dan berapa uang dia. Lagi-lagi kita harus mencuci lembaga hukum di Negara kita ini.
Contoh kecil dimasyarakat kita dan ini mengikutsertakan aparat Negara yang berslogan ‘kami siap melayani anda’. Pelanggaran lalu lintas yang terjadi di jalan seperti mendapati pengendara yang tidak memiliki SIM, berhenti di tempat yang tidak seharusnya atau kedapatan tidak membawa surat kendaraan secara lengkap.
Itu semua dapat diatasi dengan memberi sejumlah uang kepada aparat bersangkutan atas nego bersama. Apa sudah sebobrok inikah keberadaan pihak berwenang?. Dengan berbisik pihak itu berkata ‘kasih uangnya lewat bawah aja, jangan sampai terlihat’. Uang didapat pelanggar bebas.
Lain lagi dalam pembuatan SIM. Dan lagi pelicin itu bermain kembali. Bila mengikuti prosedur yang ada seperti yang sudah dikatakan tadi, sebulan kemudian SIM itu baru sampai di tangan. Beda apabila pakai pelicin. Hari itu juga SIM sudah dapat dikantongi.
Ada apa dengan lembaga ini ?.
Kadang mereka mencari uang sampingan dengan memblokade jalan dan merazia setiap pengendara motor. Banyak yang tertangkap tidak memiliki SIM. Tetapi itu bukan tugas operasi atasan, mingguan atau bulanan. Itu operasi pribadi demi meramaikan isi kantong di tengah bulan.
Mereka bukan lagi penyelamat atau penolong saat sesat. Mereka beralih arti menjadi lintah darat yang kapan saja dapat menghisap darah yang mereka mau karena mereka berseragam dan berpangkat.
Jika penegakkan hukum di lingkup kecil seperti itu sudah tidak bertaring bagaimana mengatasi hukum bagi para koruptor?.
Kenapa susah sekali menjatuhkan hukuman mati dan pemblacklistan bagi mereka yang terbukti melakukan korupsi. Ambil semua kekayaannya, jika perlu diamankan dan digunakan untuk Negara. Buat mereka tidak memiliki apapun selain pakaian yang mereka kenakan. Permalukan mereka di depan seluruh rakyat Indonesia. Buat mereka jera dan buat para pemula akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakan korupsi.
Sebaiknya pemerintah membuat suatu wilayah pemukiman khusus para koruptor, tidak perlu mewah buat seadanya saja. Lalau resmikan nama wilayah itu sebagai kampung koruptor. Tidak ada prestige di sana.
Kalau cuma diberitakan di media lalu di sidang dan akan selalu berakhir dengan putusan 5 atau 10 tahun kurungan penjara tetapi perlakuan seperti raja masuk hotel, untuk apa hukum ada?. Itulah cara satu-satunya untuk kita terbebas dari penyakit korupsi kita ini. Ketegasan itu perlu. Semboyan ‘Negara kita adalah Negara hukum’ itu akan terbukti adanya.

Kita bangun lagi tatanan ini dengan orang-orang baru dan orang-orang lama yang terpilih. Kita training diri kita. Kita doktrin diri kita. Memimpikan Negara yang bersih dari segala penyakit krusial. Semangat muda para mahasiswa diyakinkan dapat membawa perubahan yang besar terhadap Negara ini. Karena mereka mau Negara Indonesia ini kembali jaya dan indah di mata dunia internasional. Karena kami bangga menjadi Indonesia.
Tidak perlu malu terhadap Negara sendiri. Apapun yang terjadi di Indonesia ini semua tetap menjadikan Indonesia lebih baik. Disaat keadaan ekonomi yang berita-berita gencarkan sedang memburuk. Ekonomi kita tidak terpuruk. Bahkan merajuk tidak. Setiap hari mall ramai oleh pengunjung. Gerai handphone ramai oleh pembeli. Indonesia baik-baik saja. Kecuali orang-orang yang pesimis terhadap negaranya. Memang tidak merata, tetapi percaya Indonesia bisa. Semua itu tergantung dari orang-orang di senayan sana. Masihkah mereka ‘berjuang’ demi amanat rakyat atau hanya untuk dirinya.
Saatnya membersihkan MPR dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Karena kesolehan seseorang tidak menjamin orang itu baik. Seperti yang sudah-sudah, salah satu kubu yang mengatasnamakan dari partai muslim bisa terlibat dalam kasus korupsi. Pelajaran untuk kita semua. Setinggi apapun tingkat religius seseorang. Kita tidak pernah tahu apakah orang itu baik atau tidak. Mereka yang mengerti agama. Yang selalu mengatakan ini halal dan itu haram masih bisa jatuh. Dan tergiur oleh uang yang kita sebut haram.
Mari segera laksanakan untuk Indonesia agar merdeka dari kekorupsian yang sudah mengakar kuat disetiap lapisan masyarakat.
Berikan penyuluhan sedini mungkin betapa bahayanya korupsi itu. Tidak ada kata terlambat. Mereka yang tidak paham apa arti kekuasaan itu akan membuatnya menjadi sia-sia.
Biarkan yang muda yang bekerja. Ada semangat baru di sana. Orang-orang baru. Yang belum diberi kesempatan. Karena ada yang bilang
‘tidak ada tempat untuk sang idealis’.
Justru kami yang muda sudah gerah dengan situasi yang ada.
Biar yang tua menikmati istirahatnya. Biarkan yang muda yang membawa perubahan. Begitu banyak gelora didiri mereka. Prihatin ini sudah cukup melintasi hati atas keterpurukan negara kita ini akan segala hal.
Karena kami mau bangga kepada Indonesia secara lengkap.
Bangga karena tanahnya yang subur. Bangga karena Indonesia tumpah darah kita. Bangga kekayaan alamnya. Bangga keanekaragam budayanya. Bangga karena suku-sukunya. Bangga karena keindahannya. Bangga karena keramahannya.
Tetapi juga bangga karena pemerintahannya bersih. Bangga akan hukumnya yang berdiri tegak. Ketahanannya yang kuat. Serta budaya yang mengakar.
Kita akan dengan bangga mengatakan : ‘aku bangga menjadi indonesia’.